Kalurahan BLEBERAN

Adakalanya barang sejenak untuk merenungkan kembali atas apa yang sudah, apa yang dijalani dan hingga apa yang belum kita sentuh sekalipun di dalam ruang maupun waktu.
Kita tidak pernah menyengaja untuk mendiami ruang dan waktu itu.
Bahkan ini bukanlah 'kebetulan' atau 'ndilalah', bahkan 'blessing in disquise'.
Ini adalah Kehendak Kuasa Illahi Rabbi.
Dimana kesunyian telah kita diami di abad-abad belakangan ini.
Pembunuhan nafsu berskala besar telah kita jalani di bulan-bulan suci.
Dan inilah pintu kemenangan telah tiba. Namun bukan berarti sehabis Ramadlan lantas kita bebaskan nafsu kita sedemikian rupa untuk mendiami skala ruang yang bukan hak kita sebagai hamba, tentunya tidak demikian.
Kalau bisa sih setiap bulan selain Ramadlan selalu kita hadirkan sifat Ramadlan di dalam batin kita, di dalam pola pikir kita bahkan di setiap gerak dan langkah kita.
Kemenangan tidak berhenti di satu titik.
Kita perlu juga kewaspadaan diri untuk menghadapi perang besar melawan diri kita, perang besar melawan perwatakan iblis di dalam diri kita.
Dan rasa syukur Alhamdulillah, lebaran hadir kembali pada diri kita, pada keluarga kita, dan pada sesama manusia.
Kita harus belajar mendesain pola, mendesain ketepatan nilai pada skala diri.
Entah diri yang utuh maupun diri yang berproses meng-utuh.
Kehadiran Fithri adalah kebebasan dari Tuhan untuk menempati ruang saling memaafkan satu sama lain, dan Tuhan pun pasti memfasilitasi ruang itu penuh dengan Ampunan-Nya.
Sehingga perlu kesadaran utuh untuk meniadakan segala kepalsuan-kepalsuan kita sebagai hamba.
Mumpung ruang ini adalah ruang mencair yang tak mengental lagi.
Bingkai-bingkai kita disengajakan untuk bersih lagi suci.
Bersih dan suci dari segala salah dan dosa.
Entah dosa universal maupun dosa vertikal.
Tentunya, ada pengharapan baik dari prasangka baik untuk saling memaafkan satu sama lain yang tentunya tidak ada guratan sisa noda-noda kesalahan dan dosa.

Salam Lebaran
Saling doa mendoakan di antara kita semua.

Mashudi
Menggoran, 2020