WABAH WABA' DAN THA'UN

SIDA BLEBERAN 29 April 2020 23:52:57 WIB

 

Kita memang benar-benar harus 'sumeleh' dengan kondisi yang menimpa kita semua.
Apapun saja, terutama menghadapi rasa takut, cemas, was-was dalam hal Corona ini.
Kewaspadaan dan kehati-hatian menjadi sangat penting apalagi yang beredar itu menyangkut hal-hal yang susah untuk 'jangka'.
Paling tidak untuk selalu mawas diri, introspeksi diri, betapa Tuhan mempunyai Hak untuk di bagaimanakan hidup ini sesuai Kehendak-Nya.
Anjuran demi anjuran dalam kehati-hatian perlu ditaati walaupun memang ada yang berbesar hati dan mengatakan "hidup mati ada di Tangan-Nya", tetapi rasa ngemong satu dengan yang lain perlu juga ketelitian, belajar sedikit melebar demi jangka panjang dan meluas, betapa kita wajib juga menjaga diri, menjaga keluarga serta menjaga keberlangsungan anak turun kita kelak.
Kita tidak bisa benar-benar berani menentukan ini itu, menentukan kapan berakhirnya. Yang kita mampui adalah berusaha semaksimal dan semampu kita sebagai manusia untuk selalu berdoa, pasrah, dan memahami letak pribadi benar-benar sebagai hamba.
Toh mati tidak musti bersinggungan dengan Corona. Tetapi setidaknya usaha 'tidak ngembe' sudah tertanam di dalam kalbu masing-masing demi berfikir panjang untuk melihat anak cucu kita tersenyum.
Tentunya kita tidak mungkin berlaku sama dengan tahun-tahun kemarin. Hidup memang harus belajar untuk pandai memahami gejala, belajar untuk menentukan pola-pola.
Intinya, sedikit bersabarlah untuk tidak berkumpul dengan saudara, handai taulan yang masih tinggal di perantauan.
Bukan berarti kita memvonis dengan prasangka-prasangka bahwa semua itu positif Covid. Tidak demikian maksudnya.
Karena keterbatasan kita, keterbatasan manusia tidak semua mampu mendeteksi sel-sel atau bakteri jahat tanpa alat itu.
Kewaspadaan yang paling penting.
Maka kesadaran bagi kita selalu kita wacanakan adalah hati-hati dan selalu mawas diri.
Karena kita belum sepenuhnya mampu secara cepat untuk menaklukkan yang kecil itu.
Kesadaran utama kita juga adalah betapa yang kecil belum tentu kita jadikan sebagai hal-hal yang remeh.
Pembelajaran mengenai itu sangat begitu butuh ketelitian untuk kita cerna, mengenai diri atau dijadikan bahan-bahan untuk selalu didiskusikan.
Selalu bersabarlah, sebab yang perlu bersabar bukan mereka yang di rantau, bukan mereka yang di kampung yang mempunyai sanak famili di perantauan, tetapi kita juga perlu berlatih untuk bersabar menghadapi ini semua.


Mashudi
Wonosari, 2020

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar