TENANG DAN WASPADA

SIDA BLEBERAN 02 Mei 2020 03:57:07 WIB

 

Berulang-ulang dan berkali-kali kata 'waspada' dan 'mawas diri' tidak pernah akan lepas bagi kita yang masih merasa bernyawa.
Sejak bertahun-tahun yang lalu hingga saat ini pun jika wabah menjalar hingga merasuk ke ruang ekonomi maka antisipasi dalam diri, dalam keluarga, dalam bertetangga tetap harus jeli dengan kewaspadaan.
Paceklik misalnya, seberapa besar sumbangsih diri kita untuk selalu waspada menghadapi maling-maling.
Rasa aman dan nyaman betapa sangat penting untuk kita perjuangkan.
Paling tidak mempunyai rasa aman dan nyaman atas nyawanya, martabatnya dan harta bendanya.
Sehingga butuh kerelaan dan rasa simpatik bahkan inisiatif pribadi tanpa menunggu perintah untuk berkerumun menjaga itu semua demi masyarakat banyak.
Sebagaimana pula ketika saudara kita sakit, kita juga merasakan rasa sakit itu. Sebagaimana pula saudara kita menderita, kita juga merasakan penderitaan itu.
Bukan berarti kita hanya menggoreng isu ini dan itu dari kanan kiri, melainkan kita memang berhak untuk meluangkan waktu barang sejenak untuk saling menyelamatkan satu sama lain di suasana yang seperti ini.
Maka dengan rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan atas jerih payah mereka-mereka yang merelakan diri untuk begadang tiap malam membangun pos-pos ronda demi mencari puncak keamanan dan kenyamanan itu sendiri.
Siapakah yang bertanggung jawab atas ini semua?
Pertanyaan itu kita endapkan terlebih dahulu, ini bukan persoalan satu titik. Ini adalah tanggungjawab kita bersama demi untuk menentramkan satu sama lain.
Siapa sih yang merasa bertepuk tangan adanya situasi semacam ini?
Saya kira pertanyaan itu sudah tenggelam di dasar laut yang paling dalam, bahkan sudah sedemikian rupa lebur dan sirna.
Keberlangsungan dalam mencapai keselamatan itu tidak hanya berfokus pada diri pribadi dan keluarga kita masing-masing, melainkan untuk keberlangsungan anak cucu kita kelak.
Ternyata rasa syukur itu semakin kita rasai, kita titi, hubungan kemanusiaan kita masih banyak kandungan nilai kebersamaan, dan itu tidak hanya mengunggulkan ego belaka melainkan demi sesama manusia.
Merasa tenanglah wahai jiwa-jiwa, sebab kita tidak hanya sendiri.
Kita ada banyak, dan di samping itu kita bersama Tuhan dengan Cahaya-Nya yang menaungi.
Yakinlah itu.....

Mashudi
Wonosari, 2020

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar