SI ANU YANG HITAM
SIDA BLEBERAN 04 Mei 2020 20:37:17 WIB
Sebentar kita menengok ke belakang.
Sebentar pula menjumpai pojok-pojok realitas sunyi.
Si Anu, konon telah terjumpai kembali di kolong-kolong yang jauh dari shoot dan pendaran cahaya sebuah kamera.
Ia tidak pendek-pendek amat dan tak pula terkategorikan sosok yang tinggi.
Si Anu bajunya hitam, celana kumalnya pun warnanya hitam.
Topi yang dikenakan juga hitam, tetapi agak kemerah-merahan akibat menyandang kondisi lusuh.
Tidak pernah diriset apakah pakaian dalamnya juga hitam.
Yang penting semua serba hitam, sampai dompet warna hitam dan sela-sela rongga pun hitam pekat.
Kartu ID Card misalnya, boro-boro ia punya, sedang uang atau benggol pun tak kuasa ia miliki sedemikian rupa pada umumnya.
Hakekat hidupnya memang pasrah, ia condong semangat dengan gerak polahnya yang gigih, sederhana sih iya. Saban hari menenteng selembar kertas tertulis Hizibnya Hasan Asy-Syadzili, sungguh kesufiannya mulai kelihatan, bahkan diam dari segala lisan bukan berarti ia diam dari Dzikir Sirr-nya.
Sesekali ia berucap "Syukur le, isih bisa ambegan". Setelah itu ia diam seribu bahasa.
Terkadang selang berapa menit ia cenderung sering menatap langit sembari tersenyum, terkadang pula ia mengorek-orek tanah kering pekarangannya sembari pula berucap "Iki kinasihaning Gusti".
Serba aneh dan nyentrik.
Ada yang menyangka ia adalah seorang wali.
Ada pula yang menyangka wali Jadzab layaknya Ra Lilur.
Tetapi tidak ada yang menyebutnya Syeikh Lemah Bang atau Al-Hallaj, bahkan karena tidak ada kelucuan hidup jarang disebut pula layaknya Abu Nawas atau Nasrudin Hoja.
Nyentrik sih memang nyentrik.
Namun jika melihat kegigihannya, tengoklah kembali masa silam kegigihan Thariq bin Ziyad si penakluk Andalus itu bisa disebut layak karena muatan petuah-petuahnya condong sebagai manusia penyemangat.
Jika pakai rumus 'apa besok makan' atau rumus 'besok makan apa'. Tidak masuk bagi dirinya.
Totalitas hidup sungguh luar biasa.
Kemungkinan ia lebih menganggap Tuhan itu nomer satu daripada isi dompet dulu baru Tuhan.
Walaupun sebenarnya ia tidak pernah mengeluh untuk mengeluarkan uangnya untuk ini itu, atau untuk keumuman ini itu misalnya.
Tetapi jika kebutuhan melabrak hidupnya menit ini juga, uang pasti ada.
Sempat pula para tetangga menyangka dan berasumsi "Ini pasti penerusnya Gus Mik".
Bahkan tahun demi tahun keunikan dan keanehan semakin bertambah seiring bertambahnya umur.
Bahkan saya mengira, ia pasti bagian dari wali penyangga bumi itu.
Namun kecemasan saya mulai memuncak jika sangkaan saya tentang wali tersebut bisa berbalik arah sesuai kalimat ''La ya'riful wali ilal wali". Tidak ada yang tau dia wali atau bukan kecuali dia sendiri adalah wali.
Karena saya bukan sosok wali.
Kalau wali murid bagi anak-anak saya sih iya.
Saya akui sesuai parameter sendiri-sendiri.
Dan perlulah ada satu atau dua lagi seperti si Anu.
Karena manusia butuh pendingin.
Seperti pula dingin di saat enak menikmati hidup di siang hari, dan menikmati nyenyak tidur di malam hari.
Karena hidup tidaklah perlu ditakuti, sebab hidup sudah ada perjanjian tersendiri antara si Fulan dengan Sang Maha.
Dan mati pun juga tak perlu ditakuti jika kita benar-benar bersedia berani untuk hidup sesuai perjanjian kita terdahulu.
Mashudi
Prawirotaman, 2004
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- PENGISIAN LOWONGAN PAMONG KALURAHAN BLEBERAN TAHUN 2024
- PENINGKATAN KAPASITAS BAMUSKAL DAN PEMKAL BLEBERAN
- SOSIALISASI CHILD SAFEGUARDING ( PERLINDUNGAN ANAK ) DI KALURAHAN BLEBERAN
- APBKal BLEBERAN TAHUN 2024
- LPJ APBKAL KALURAHAN BLEBERAN TAHUN ANGGARAN 2023
- EVALUASI DAN MONITORING LEMBAGA PKK DI BLEBERAN
- PENYERAHAN INSENTIF GURU TPA