DONGENG

SIDA BLEBERAN 05 Juni 2020 19:18:51 WIB

Barangkali dongengan-dongengan sudah terkubur dari mulut nina bobok si pengusir mimpi buruk dan suntuk.

Bayang-bayang indah masa lalu sedemikian apik teracik hingga mengikuti alir darah generasi ke generasi.
Komik pewayangan misalnya, entah disapu angin apa tiba-tiba lenyap dari pandangan anak-anak kita.
Dahulu para pencerita sudah terlalu lama memutih pada mahkota rambut-rambutnya, kini ia telah 'sungkem' kepada Sang Maha.
Kemana akar menjalar di kesuburan tanahnya.
Dan kemana pula bening air telaga yang dulunya bersemayam di rerimbunan hutan belantara.
Kegelisahan telah membiak di dinding-dinding batu, dan anyaman-anyaman bambu telah menyatu bersama ibu bumi.
Kini tinggal terkenang. Dan mahal harganya.
Sebab si pengrajin sibuk dikejar-kejar pemesan penghuni tembok batu.
Siapakah yang akan menumbuhkan kembali dongeng-dongeng silam bertema Ande-Ande Lumut? Kasan Kusen? Timun Mas?
Ternyata pengembaraan kita belum habis sebelum nyawa ini diramut oleh-Nya.
Kita sedang terbuai oleh 'Gatotkaca duel bersama Superman'. Dan kemesraan Rama Shinta bersembunyi di dalam 'gledhek' karena takutnya adegan Romi Juliet.
Mimpi itu telah lama tiada, sebab pendongeng telah lama pamit dari persinggahan asyiknya. Sesekali pula tak usah bermimpi untuk mengejar 'Puspa Tajem', selagi tidur kita sehabis Adzan Shubuh, itu pun jikalau kita benar-benar jujur untuk melakukan Shalat Shubuh.

Sesekali mari kita mendongeng.

Mashudi
Bleberan, 2020

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar