SEMBURAT CAHYA

SIDA BLEBERAN 11 April 2020 16:11:08 WIB

SEMBURAT CAHYA
(Sebuah Perenungan)

Wacana kembali terbedah, rasa mulai cemas, langit pun tak bersedia tersenyum cerah, gunung-gunung berujar sabda, dan mentari tak seindah racikan misteri sebuah puisi. Bahkan kajian-kajian ulang mengetuk pintu-pintu masa silam.
Ya, masa silam yang mulai diselami kembali oleh sebuah masa.
Di reruntuhan batin bahkan di reruntuhan pola pikir tersandung segala macam ketidakpuasan diri.
Lengah berkepanjangan.
Memori masa silam mulai bangkit kembali.
Tengoklah Jawa Dwipa.
Tengoklah Jawa Dipa.
Menyelami arus jaman yang tak pernah habis godaan dan cobaannya.
Mungkin inilah kehidupan.
Harus kita bedah sejak sedini mungkin.
Kehidupan dengan siklusnya.
Kehidupan dengan Cakramanggilingannya.
Tentu saja membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan tidak segampang menulis sebuah artikel, kolom, ataupun sebuah esai.
Membaca Semesta Raya.
Menengok kembali falsafah agung dari Raden Ngabehi Ranggawarsita atau bahkan mengkaji Ajaran Tassawuf dari Sultan Agung mengenai Serat Sastra Gendingnya bahkan meluangkan waktu untuk menengok serta mendalami inti hakekat barang lima menit saja mengenai ajaran R.M.P Sosro Kartono.
Namun kita tetap diterpa oleh jaman.
Namun, kunci masa depan terkandung di dalam hakekat inti masa silam.
Karena kemunculan cahaya terletak pada titik kelembutan sebuah kegelapan.
Estining Panembah, Hasta Dasa Parateming Pramu, Kawruh Wisesa Jati, Kawruh Pamiyak, mengarungi kejernihan untuk membuka masa depan yang lebih cerah dari apa yang kita bayangkan sebelumnya.
Memayu hayuning pribadi.
Memayu hayuning sesami.
Memayu hayuning bawana.
Adalah harapan kita bersama.
Salam tenteram.

Mashudi
Wonosari 2020

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar